Dari UNJ ke Jepang: Riset Ahmad Zaki Munibi Ungkap Tantangan Literasi Membaca dan Peran AI di Maluku

Harian Cakrawala – Tokyo, 22 November 2025 – Ahmad Zaki Munibi, mahasiswa Program Studi Doktor Linguistik Terapan, Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang juga sebagai awardee Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI), mempresentasikan hasil penelitiannya dalam ajang The 9th International Conference on Education and E-Learning (ICEEL 2025) yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang, pada 21–23 November 2025. Mengangkat tema “AI-Powered Learning: Transforming Education in the Digital Age”, konferensi internasional ini membahas peran kecerdasan buatan dan inovasi digital dalam membentuk ulang praktik pendidikan global.

Ketua panitia lokal sekaligus pembawa acara konferensi ini, Prof. Hywel Evans, mengatakan bahwa ICEEL 2025 didukung oleh sejumlah universitas ternama seperti Otsuma Women’s University, Takushoku University, dan Tokyo Healthcare University dari Jepang, serta mendapat dukungan tambahan dari Polytechnic Institute of Cávado and Ave (Portugal), Yamagata University (Jepang), dan University of Malaya (Malaysia). “Tahun ini, program konferensi mencakup enam pidato kunci dari akademisi internasional, sebelas sesi undangan oleh para ahli, serta puluhan sesi presentasi lisan, poster, dan daring yang menjadi wadah pertukaran gagasan lintas disiplin,” Evans menambahkan.

Dalam sesi presentasinya, Ahmad Zaki Munibi memaparkan bagaimana guru dan siswa di sekolah-sekolah terpencil Kepulauan Aru, Maluku, mulai memanfaatkan teknologi berbasis kecerdasan buatan seperti Duolingo, Grammarly, ChatGPT, Gemini AI, DeepL, hingga Canva AI dalam proses pembelajaran membaca Bahasa Inggris. Teknologi ini terbukti membantu guru menyesuaikan materi ajar dan menciptakan media pembelajaran yang lebih interaktif, sementara siswa merasa lebih termotivasi dan percaya diri berkat fitur umpan balik instan dan latihan yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. “Meskipun demikian, keterbatasan perangkat, akses internet yang lemah, dan pasokan listrik yang tidak stabil menjadi tantangan utama. Guru bahkan harus mengakses Wi-Fi bersama yang hanya tersedia 2–4 jam per hari melalui genset komunitas,” ujarnya.

Baik guru maupun siswa sepakat bahwa teknologi AI berperan signifikan dalam meningkatkan hasil belajar di tengah keterbatasan, selama didukung oleh perbaikan infrastruktur serta pelatihan berkelanjutan bagi para pendidik. Penelitian ini pun memberikan solusi praktis bagi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan pendidikan untuk mengintegrasikan AI di daerah dengan akses teknologi yang terbatas, serta menawarkan rekomendasi konkret untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara merata di seluruh wilayah Indonesia.

Ahmad Zaki Munibi menyampaikan terima kasih atas dukungan pendanaan dari Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI), Pusat Pembiayaan dan Asesmen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (PPAPT Kemdiktisaintek), serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). “Dukungan yang diberikan telah berkontribusi secara signifikan terhadap penyelesaian penelitian ini, hingga akhirnya dapat dipresentasikan dalam konferensi internasional yang dihadiri peserta dari berbagai negara,” tutupnya.

Pos terkait