Harian Cakrawala – Implementasi Knowledge Management (KM) di 51 Community of Practice (CoP) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) DKI Jakarta mencapai puncaknya dengan suksesnya penyelenggaraan Knowledge Management Award (KMA) 2025. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran krusial PT Madep Jakarta sebagai konsultan pendamping, yang memastikan enam aspek metodologis berjalan optimal sepanjang tahun 2025.
Direktur PT Madep, Teguh Handoko, menyatakan bahwa keberhasilan ini adalah hasil dari komitmen Pemprov DKI untuk menginternalisasi budaya berbagi pengetahuan.
“Kami melihat proyek pendampingan 51 Community of Practice (CoP) ini sebagai investasi jangka panjang dalam budaya kerja. Ini adalah upaya nyata mentransformasi keahlian individu menjadi aset organisasi. Kami bangga melihat bahwa ASN DKI kini semakin mahir mendokumentasikan dan memanfaatkan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas layanan publik,” ujar Teguh Handoko.
Strategi Enam Pilar Pendampingan
Syaifulloh, Principle Consultant PT Madep, menjelaskan bahwa pendampingan dirancang berdasarkan enam pilar utama yang menjadi tolok ukur evaluasi CoP. Pilar-pilar ini memastikan pengetahuan yang dihasilkan tidak hanya ada, tetapi juga relevan dan berdampak.
“Kami mengukur enam pilar keberhasilan, mulai dari Relevansi Tema yang harus strategis bagi SKPD, hingga Keberlanjutan CoP yang dijamin oleh kebijakan manajemen. Hasilnya, sebagian besar CoP menunjukkan kesesuaian tinggi, terutama dalam hal dokumentasi yang akurat dan sistematis,” jelas Syaifulloh.
Kolaborasi dan Transformasi Dokumen
Tim konsultan yang terlibat langsung di lapangan memberikan rincian hasil di tiap aspek kunci.
Didik Purwandanu, Wakil Konsultan, menekankan pentingnya aspek kolaborasi.
“Aspek Partisipasi dan Kolaborasi sangat krusial. Kami memastikan CoP tidak hanya melibatkan anggotanya, tetapi juga unit terkait—seperti keuangan atau hukum—sehingga solusi yang dihasilkan konkret, inovatif, dan implementable, sesuai kebutuhan praktis SKPD,” kata Didik Purwandanu.
Tantangan dalam mengubah pengetahuan informal menjadi aset formal diselesaikan melalui pendampingan teknis. Yossi Srianita, anggota tim konsultan, fokus pada aspek dokumentasi.
“Kami memastikan seluruh aset pengetahuan, dari hasil diskusi hingga solusi, didokumentasikan secara sistematis dan mengikuti format standar (SOP, panduan, laporan). Ini kunci agar dokumen siap digunakan sebagai referensi kerja oleh semua pihak terkait,” kata Yossi Srianita.
Pemanfaatan Teknologi dan Dampak Terukur
Keberhasilan diseminasi pengetahuan ditopang oleh teknologi. Deni Casmadi menyoroti peran sistem informasi.
“Keberhasilan dalam aspek Aksesibilitas dan Diseminasi terlihat dari optimalnya penggunaan Portal KM BPSDM. Aset pengetahuan kini disimpan di sistem terpusat, mendukung akses dan pemanfaatan informasi secara optimal oleh seluruh ASN,” tambah Deni Casmadi.
Di sisi hasil, fokus utama adalah pada dampak nyata bagi kinerja birokrasi. Muhammad Al Fikri menekankan pada Manfaat dan Dampak yang terukur.
“Fokus kami adalah pada Manfaat dan Dampak yang terukur. Kami melihat anggota CoP menunjukkan peningkatan nyata yang aplikatif dalam pekerjaan mereka. Hal ini penting, karena tujuan akhir KM adalah meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan publik DKI Jakarta,” tutup Muhammad Al Fikri.
Kini, dengan fondasi KM yang kuat dan terukur, Pemprov DKI Jakarta telah menetapkan standar baru bagi birokrasi berbasis pengetahuan di tingkat pemerintah daerah.





